Sunday, December 7, 2014

Tempat Yang Salah 2


Ayat bacaan : 1 Korintus 10:14 | 11:1; Yesaya 2:12-17
“Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.” (1 Korintus 10:11)

Apakah Anda seperti Elia yang duduk di bawah pohon arar dalam kekecewaan yang berat (1 Raja-raja 19:1-18)? Elia, sang nabi gagah perkasa yang baru saja mengalahkan 450 nabi Baal bak Rambo bertarung sendirian, duduk di bawah pohon arar dan merengek-rengek minta mati. Siapa yang percaya? Tetapi itulah faktanya! Ketakutan yang luar biasa karena dikejar-kejar Izebel dan tentaranya begitu mencekam dirinya, sampai-sampai ia ingin mati saja! Ia lupa sama sekali akan pertolongan Tuhan dalam menghadapi para nabi Baal. Betapa banyaknya orang Kristen yang cengeng seperti Elia ini. Meskipun berkali-kali Tuhan telah menolongnya, masih saja ia cemas dan takut menghadapi persoalan baru. Camkan, bila Tuhan telah menyertai kita menghadapi persoalan yang pertama, Ia juga akan menyertai kita menghadapi persoalan yang kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Ia tidak akan membiarkan kita menggigil ketakutan di tengah-tengah ancaman yang membahayakan. Dia pasti turun tangan menolong kita.

    Apakah Anda berlayar dalam ketidaktaatan seperti yang dilakukan oleh Yunus (Yunus 1:1-17)? Sang nabi bengal ini tidak mengikuti instruksi Tuhan dengan tepat. Disuruh ke Niniwe untuk berkhotbah, eh malah melarikan diri ke Tarsis. Mengapa ke Tarsis? Sebab Tarsis adalah kota perdagangan yang kerap mengangkut barang-barang mewah, seperti pada zaman Salomo yang mengangkut emas, perak, gading, dsb (1 Raja-raja 10:22). Karena itu Tarsis menjadi simbol keangkuhan dan kesombongan (Yesaya 2:12, 16). Yunus mau pelesir, sekaligus jalan-jalan sambil belanja di Tarsis. Dan yang terutama, menghindari panggilan Allah. Begitu juga dengan banyak anak Tuhan yang mengabaikan panggilan Allah. Mereka seharusnya taat kepada Yesus, tetapi mulai menoleh kepada perkara-perkara duniawi. Mereka abaikan perintah Tuhan, dan mereka merasa “aman-aman” saja dengan pelarian itu. Mana badai besar? Mana ikan Yunus? Tidak ada, kan? Semuanya aman-aman saja! Kalau belum ada badai atau ikan besar, bukan berarti Tuhan diam saja. Kalau saatnya tiba, maka Tuhan akan mengizinkan bencana menimpa Anda, dengan maksud supaya Anda dididik untuk menjadi anak Tuhan yang taat. Dan kalau Anda berada dalam perut ikan - masalah besar - berserulah kepada Tuhan dan bertobatlah, supaya Anda dipulihkan kembali.

Renungan:
    Kegagalan hamba-hamba Tuhan bukanlah untuk ditiru. Jangan menganggap hal ini sebagai kewajaran dalam kekristenan kita. Ingat, setiap kesalahan yang dibuat kadang harus dibayar dengan amat mahal. Karena itu jadikan ini semua pelajaran yang berharga bagi kita semua.        

Allah tidak akan segan mendidik anak-anak-Nya yang melarikan diri ke Tarsis.

No comments:

Post a Comment