Ayat bacaan : I Korintus 3:1-9; Kejadian 1:1
“Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan” (1 Korintus 3:7).
Banyak sebutan yang layak bagi Musa. Musa layak disebut sebagai nabi yang berhasil mengalahkan kecongkakan Firaun dengan mengadakan tanda-tanda mukjizat sehingga Firaun mengizinkan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Musa adalah nabi yang pertama berhadapan muka dengan muka dengan Allah. Musa adalah nabi yang berhasil membelah laut Teberau sehingga bangsa Israel dapat berjalan melalui laut seperti jalan di tanah yang kering. Musa juga berhasil mengeluarkan mata air dari batu karang, sehingga bangsa Israel dapat minum beserta ternaknya. Bukan hanya itu saja, ia juga orang yang terdidik karena ia dibesarkan dalam istana kerajaan Firaun, sehingga sejarah mencatat bahwa Musalah yang menulis lima kitab dalam Perjanjian Lama: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan.
Khususnya dalam kejadian 1:1, Musa memulai kalimat dengan kata: "Pada mulanya Allah …" Apa yang bisa kita tangkap dari sederet “kehebatan” Musa? Kita dapat menangkap bahwa ia adalah orang yang berpusat kepada Allah. Demikian juga dengan Paulus, seorang rasul yang populer. Ketika ada perselisihan dalam jemaat Korintus, masing-masing berkata bahwa aku dari golongan Paulus, yang lain berkata aku dari golongan Apolos. Saat itu ada peluang besar bagi Paulus untuk memperbesar pendukungnya. Bila demikian, isi suratnya seharusnya berkata, "Benar saudara-saudaraku yang di Korintus, Apolos itu siapa? Belum pernah ketemu Tuhan Yesus secara pribadi. Tetapi kalau saya nih (sambil menepuk-nepuk dadanya) Yesus sendiri berbicara kepada saya…..”
Paulus tidak melakukan tindakan seperti ini. Tetapi ia mencoba menjernihkan situasi dengan memberikan pengertian yang benar tentang firman Allah. Dengan kata lain Paulus tidak mencoba “merampok” bagian yang menjadi milik Allah. Hidupnya berpusat kepada Allah. Setiap orang yang mencoba mencari popularitas bagi diri sendiri berarti hidup orang tersebut tidak berpusat kepada Allah. Ia tidak mencari kemuliaan bagi Allah. Kalau toh ia mencoba mengumpulkan jemaat, ia hanya melakukan demi diri sendiri. Ia mencari keuntungan untuk diri sendiri.
Renungan:
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda berpusat pada Allah? Kalau Anda berpusat pada Allah, tentu Anda tidak mencari keuntungan diri sendiri. Jangan mengikuti tren kebiasaan orang-orang yang mencari keuntungan bagi diri sendiri.
Anak Tuhan yang hidupnya tidak berpusat kepada Allah tidak akan menjadi umat yang layak.
No comments:
Post a Comment