Ayat bacaan : Kolose 1:1-8; Amsal 10:28
“Karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus”
(Kolose 1:3-8)
Rumah yang besar pasti ditopang oleh pilar-pilar. Kalau Anda berada di dalam ruangan yang cukup luas, Anda pasti melihat pilar-pilar yang menjadi tiang penyangga bangunan itu. Kita juga mempunyai pilar-pilar yang menyangga hidup kekristenan kita:
Pertama, pilar iman. Alkitab menyatakan bahwa tanpa iman tidak mungkin manusia berkenan kepada Tuhan (Ibrani 11:6). Iman adalah satu-satunya cara manusia menemukan Allah. Dalam Ibrani 11, tokoh-tokoh Perjanjian Lama juga disebutkan hidup oleh iman.
Iman yang dimaksudkan Paulus ini bukan sekedar percaya, tetapi di dalamnya terdapat unsur keteguhan dan kesetiaan. Dan jemaat di Kolose telah membuktikan bahwa iman mereka telah tersiar di mana-mana. Seharusnya setiap orang Kristen dapat menyebarkan berita mengenai keteguhan imannya.
Kedua, pilar pengharapan. Secara pribadi saya sungguh bergairah menjalani hidup di dunia ini, kendati ujian dan masalah datang. Sebab saya tahu pasti bahwa hidup di dunia ini cuma sementara. Hidup saya sebenarnya adalah bersama-sama dengan Yesus di surga yang permai selama-lamanya. Bukan berarti prinsip ini melumpuhkan kreativitas kita, sebaliknya kita di sini semakin keras bekerja dan melayani Tuhan, sebab apa yang kita lakukan di sini akan menentukan kekekalan kita nanti. Semarak dan kemuliaan Anda di surga akan ditentukan di sini, di bumi ini.
Ketiga, pilar kasih. Pada surat yang lain Paulus menyebutkan bahwa kasih yang terbesar (1 Korintus 13:13). Kasih adalah bahasa indah yang menjadi komunikasi antara manusia dengan Allah. Saya tahu bahwa banyak orang Kristen yang sakit hati karena disakiti oleh mereka “yang tidak mempunyai kasih”. Daripada Anda menjadi hakim dan melakukan tudingan-tudingan, sebaiknya Anda mulai menerapkan hidup di dalam kasih. Orang Samaria yang disebutkan Yesus pada perumpamaan dalam Lukas 10:25-37 adalah contoh manusia yang hidup di dalam kasih. Siapakah orang yang mau mengambil risiko dengan menolong orang Yahudi? Ia adalah orang Samaria yang sebenarnya hatinya luka, sebab kelompoknya selalu dilecehkan oleh orang Yahudi (orang Yahudi menganggap orang Samaria adalah orang Yahudi “campuran”), namun hatinya dipenuhi dengan kasih. “… perbuatlah demikian,” kata Yesus (ayat 37).
Renungan:
Ketiga pilar ini harus sungguh-sungguh menjadi tiang penyangga yang kuat dalam hidup kekristenan kita. Mengabaikan satu saja, rumah rohani Anda tidak akan kuat.
Rumah yang kuat ditopang oleh pilar yang kokoh.
No comments:
Post a Comment