1 Korintus 4:1-5; Mazmur 7:12
“Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah” (1 Korintus 4:5).
Kita masih ingat bagaimana Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. Mereka berkata, “…. Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman” (Bilangan 12:2)? Pernyataan mereka tidak bisa dianggap remeh, sebab Tuhan menganggap bahwa mereka mencoba menghakimi Musa. Mereka sebenarnya juga secara tidak langsung protes kepada Tuhan, apakah Musa saja yang menjadi nabi? Apakah Musa saja yang mendapat perlakuan istimewa dari Tuhan? Allah menjadi marah dan Ia menjatuhkan hukuman dengan “memberikan” penyakit kusta pada Miryam.
Saudara, kita sering kali terjebak dengan perasaan tidak mau bersalah di hadapan Tuhan, sehingga kita terdorong untuk menjadi hakim bagi orang lain. Padahal menghakimi orang lain bukanlah merupakan tugas kita. Kalau di negara kita ada hakim dan jaksa, berarti Allah memang memberikan wewenang kepada mereka untuk melakukannya, tetapi dalam batas-batas di mana ada pelanggaran terhadap hukum yang berlaku di negara bersangkutan. Siapakah hakim yang adil? Alkitab berkata, “Allah adalah Hakim yang adil …..” (Mazmur 7:12).
Rasul Paulus berkata, “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya” (2 Timotius 4:8). Hanya Tuhan yang menjadi Hakim yang adil. Di dalam pengadilan Allah tidak dikenal istilah korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pengadilan Allah bebas dari segala bentuk rekayasa yang dapat merontokkan martabat Kerajaan Allah. Sebab Allah sendiri akan duduk di atas kursi hakim dan akan menjadi Hakim yang adil.
Renungan:
Marilah kita belajar untuk tidak mengambil alih tugas Tuhan, tetapi mengerjakan tugas yang Tuhan berikan kepada kita supaya pada hari-Nya hakim yang adil itu akan mengaruniakan mahkota kebenaran kepada kita.
Allah adalah Hakim yang adil.
No comments:
Post a Comment