Ayat Bacaan : 1 Raja-Raja 18:1-19; Yakobus 4:4
“Sebab itu Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan”
(1 Raja-Raja 18:3).
Nama Obaja digunakan oleh 12 orang yang berbeda-beda, termasuk penulis kitab Obaja. Dan salah satu dari Obaja itu adalah seorang kepala istana raja Israel, Ahab. Dari penuturan Alkitab kita tahu bahwa Ahab bukanlah raja yang baik. Dia jatuh ke berbagai penyembahan berhala. Tetapi yang mengesankan dari Obaja ini adalah dia merupakan seorang yang takut akan Tuhan. Kalau Alkitab berkata demikian, maka benarlah bahwa Obaja mampu menjaga integritasnya sebagai orang Israel yang setia kepada hukum Allah.
Posisi Obaja seperti berada di dua perahu, di mana satu kakinya menjejakkan ke masing-masing perahu tersebut. Di satu sisi ia mengabdi sebagai kepala istana raja Ahab yang terus-terusan melanggar hukum Allah, tetapi pada sisi lain dia tetap berpegang pada hukum Allah. Tetapi kita tahu bahwa dia berhasil menjaga reputasinya sebagai orang yang takut akan Allah.
Perbuatan Obaja yang baik salah satunya disebutkan: menyembunyikan seratus nabi dan menyembunyikannya saat Izebel, ratu negeri itu, membunuh semua nabi Allah. Obaja menempatkan dirinya pada risiko yang tinggi. Nyawa adalah taruhannya. Tetapi karena hatinya takut akan Allah, maka dia berbuat sesuatu yang menurutnya baik dan harus dilakukan. Dan tepatlah memang apa yang dilakukannya.
Obaja itu sama seperti kita. Tinggal di dunia ini seperti tinggal di sebuah tempat yang dilematis. Sahabat-sahabat kita tidak semuanya baik. Mereka seringkali membawa pengaruh yang tidak baik. Kalau mau menyenangkan hati mereka pastilah kita akan menurutinya. Tetapi itu bukanlah seperti yang dilakukan oleh Obaja. Kita harus mempunyai prinsip seperti Obaja untuk tinggal di dalam terang.
Yakobus berkata seperti ini: “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah” (Yakobus 4:4). Bersahabat dengan dunia berarti berkompromi. Kita boleh bersahabat dengan teman kita, tetapi jangan bersahabat dengan perbuatannya.
Renungan:
Jagalah kemurnian hatimu! Kalau toh kita harus berada di lingkungan yang tidak “steril”, pastikan bahwa kita tidak terkontaminasi.
Dunia ini penuh ”virus dan bakteri”, imunisasikan diri kita dengan firman Tuhan.
No comments:
Post a Comment