Monday, August 21, 2017

Jangan Akhiri Dengan Daging!

Ayat Bacaan : 1 Samuel 11:1-15; Galatia 3:3
“Ketika Saul mendengar kabar itu, maka berkuasalah Roh Allah atas dia, dan menyala-nyalalah amarahnya dengan sangat”
(1 Samuel 11:6).


Dimulai dengan roh dan diakhiri dengan daging. Itulah yang dilakukan oleh Saul. Paulus pernah menegur jemaat Galatia, karena mereka melakukan hal yang sama. Paulus menegur mereka dengan perkataan, “Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging” (Galatia 3:3)  ?

Saul adalah pria yang gagah perkasa. Ia dipakai Tuhan. Tidak diragukan lagi bahwa dia adalah pria yang cocok untuk menjadi raja Israel. Pilihan Allah pastilah tidak salah. Tetapi Saul akhirnya lebih memilih hidup dalam ketidaktaatan. Ini di luar wewenang Allah, sebab Allah tidak dapat memaksa kehendak-Nya kepada manusia yang telah diciptakan dengan memiliki kehendak bebas. 

Keperkasaan Saul telah dibuktikan pada saat kita membaca ayat di atas. Roh Tuhan berkuasa atas Saul. Sekali lagi, sayang, dia tidak dapat menjaga hatinya. Dia tidak sanggup berjalan di dalam integritas yang Allah inginkan.

Banyak orang Kristen melakukan hal-hal yang bodoh seperti Saul. Kita memulai dengan roh, tetapi mengakhiri dengan daging. Hidup itu memang perjuangan dan setan setiap saat mencari kesempatan supaya kita tidak lagi hidup di dalam roh.

Seperti seorang juara yang merasa berat mempertahankan kemenangannya, begitu juga dengan posisi kita. Beratnya mempertahankan iman kita di tengah situasi yang menekan seperti yang terjadi akhir-akhir ini semakin menambah berat perjuangan. Tetapi kita tahu juga bahwa Allah menentukan kita untuk menjadi pemenang. Sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk kalah. Pandanglah diri Anda bahwa Anda adalah pemenang dan akan mengakhiri pertandingan iman dengan baik. Dan Anda juga akan memulai dan mengakhiri dengan roh.


Renungan:Kisah tentang Saul memberikan pelajaran yang amat penting dalam hidup kita. Sekalipun dia dipilih oleh Allah untuk menjadi raja, namun akhir hidupnya sungguh tragis. Allah menolaknya. Bacalah kisahnya maka Anda akan melihat sesosok manusia yang mengorbankan ketaatannya demi memenuhi tuntutan hawa nafsunya.
 

Bukan awal yang menentukan, tetapi akhir yang menentukan.

No comments:

Post a Comment