Ayat bacaan : 2 Korintus 11:16-33; Mazmur 34:19
“Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita?” (2 Korintus 11:29)
Menurut Anda, teman apakah yang Anda harapkan? Teman yang datang di kala Anda bersukacita? Teman yang datang di kala dukacita? Atau teman yang datang di kala Anda membutuhkan? Semuanya bisa benar. Tetapi tidak semua teman dapat memuaskan Anda. Tidak semua teman dapat mengambil bagian dari penderitaan Anda. Paulus adalah seorang rasul, bapak, dan teman yang setia. Ia dapat menempatkan dirinya di tengah-tengah kehidupan Anda, sehingga di kala suka ia dapat menjadi rekan yang baik, dan di kala duka pun ia menjadi tempat pencurahan segala unek-unek. Tidak hanya itu saja, tetapi ia juga ikut merasakan apa yang Anda rasakan. Hatinya dipenuhi dengan belas kasihan Kristus.
Tidak demikian halnya dengan kebanyakan orang Kristen zaman sekarang. Kita menjadi manusia yang egoistis, materialistis, dan tidak mempunyai simpatik maupun empatik. Kalau kita ke rumah duka, maka tidak ubahnya seperti ke rumah pesta menghabiskan roti dan makanan yang disediakan. Mengunjungi orang sakit pun, kita hanya menyalami si pasien dan berbasa-basi sejenak. Kita sulit merasakan apa yang saudara kita rasakan. Begitu juga kalau ada berita kejatuhan seorang hamba Tuhan, maka kita menjadi “sangkakala” yang meneriakkan berita ini kepada orang-orang lain. Mengapa kita lebih suka menceritakan keburukan orang lain daripada mendoakannya? Mengapa hati kita gembira mendengar “saingan” sepelayanan kita dijatuhi skorsing?
Sebab kita belum mengerti isi hati Bapa. Marilah kita menyelami isi hati Allah. Saat ini Dia sedang berduka melihat kehidupan anak-anak-Nya yang belum memiliki karakter-Nya. Dia sedih melihat gereja Tuhan yang saling bersaing dengan cara tidak sehat. Dan Ia berduka melihat kelakuan hamba-hamba-Nya yang tidak hidup dalam kebenaran. Dan yang pasti Ia berduka melihat kita saling menceritakan keburukan hamba Tuhan dengan tertawa-tawa. Saudara, kita kehilangan belas kasihan. Gereja Tuhan tidak lagi hidup di dalam belas kasihan Allah. Ini berbahaya sekali. Tidak akan ada lagi doa syafaat yang dinaikkan dengan mencucurkan air mata. Tidak ada lagi erangan untuk jiwa-jiwa yang terhilang. Yang ada hanyalah doa-doa formalitas, rutinitas, dan dingin!
Renungan:
Cobalah berdoa dan mengingat rekan-rekan Anda yang sedang dirundung kesusahan. Tempatkan diri Anda sebagai orang itu, dan rasakan penderitaannya. Setelah itu naikkan doa kepada Tuhan untuk orang itu dan rasakan kasih Allah yang akan menghangatkan hati Anda.
Doa yang berkenan adalah doa yang mengerti isi hati Bapa.
No comments:
Post a Comment