Ayat bacaan : Filipi 1:7, 8; Yosua 24:15
“Sebab Allah adalah saksiku betapa aku dengan kasih mesra Kristus Yesus merindukan kamu sekalian” (Filipi 1:8).
Seorang misionaris yang sedang mengambil masa cuti dan pulang ke negaranya ditanyai oleh teman-temannya, “Apakah kamu suka tinggal di Afrika?” “Suka? Jangan sebutkan kalimat ini. Saya dan istri sama sekali tidak suka dengan debu, perbedaan budaya, dan bahasa yang kerap menimbulkan salah paham. Belum lagi bahaya yang mengancam jiwa kami sekeluarga. Tetapi kasih dan panggilan Allah dalam hidup kami yang membuat kami betah tinggal di sana.” Saudara, kita tentunya heran dengan beberapa orang yang kita sebut dengan “aneh”, sebab mereka rela meninggalkan kenyamanannya dan pergi ke tempat yang menyebalkan, bahkan membahayakan nyawa mereka.
Anda ingat dengan John Walker yang disebut dengan “Taliban Amerika”? Seluruh dunia pasti heran melihat sepak terjangnya yang aneh itu. Diam di negaranya. Amerika, sebenarnya sudah cukup nyaman, tetapi mengapa ia rela bersusah payah berangkat ke Afganistan dan bergabung dengan Taliban? Seluruh rakyat Amerika mengutuki dan memerangi terorisme, eh si Taliban Amerika ini malahan berpihak pada musuh. Apa yang menjadi motivasinya? Pertanyaan ini menggema dalam hati setiap orang, namun hanya yang bersangkutan yang tahu jawabannnya. Jangan heran bila kita melihat orang-orang yang aneh seperti ini. Namun kita justru harus menjadi “aneh” di dalam Kristus. Paulus, misalnya. Hidupnya diserahkan secara total pada panggilan Allah.
Ia rela menderita untuk orang lain. Ia merindukan orang lain yang menjadi jemaat Allah. Paulus mempunyai hubungan yang spesial dengan mereka. Kalau dipikir juga untuk apa Paulus sampai sedemikian besar mempunyai perhatian kepada jemaat Tuhan? Bukankah mereka adalah orang-orang yang sama sekali tidak ada hubungan famili? Saya yakin, Paulus didorong oleh panggilan Allah dan kasihnya yang besar terhadap jemaat Tuhan, sehingga ia melakukan tindakan “aneh” tersebut. Kalau ada hamba Tuhan yang hanya memikirkan dirinya sendiri dan keluarganya, ia masih belum digolongkan dengan hamba Tuhan “aneh”. Padahal Tuhan inginkan supaya kita bertindak “aneh” dalam arti bertindak sesuai dengan firman Tuhan, yang bertentangan dengan cara-cara lazim. Kalau kita sebagai anak Tuhan tidak bertindak “aneh”, maka dunia tidak akan melihat perbedaan kita dengan orang dunia.
Renungan:
Kristus memberikan teladan kepada kita bagaimana caranya hidup dengan meninggalkan keegoisan dan sifat mementingkan diri sendiri. Paulus adalah contoh lainnya. Ya, kita harus mencontoh mereka dan menjadi manusia yang berani berkorban bagi orang lain.
Perilaku orang rohani selalu menimbulkan kesalahpahaman bagi manusia jasmani.
No comments:
Post a Comment