Monday, June 22, 2015

Rela Mati

Ayat bacaan : 1 Tesalonika 4:9-12; Ayub 6:14

Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah.….. supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya” 
(1 Tesalonika 4:9, 10).

Di majalah The Christian Leader, Don Ratzlaffs menceritakan kembali kisah tentang “Mukjizat di Sungai Kwai”. Para tentara Skotlandia ketika itu dipaksa oleh tentara Jepang untuk membuat jalan menembus hutan. Di bawah tekanan yang berat sifat para tentara itu berkembang menjadi buruk dan liar. Suatu hari terjadi insiden. Sebuah sekop hilang. Komandan tentara Jepang yang sedang bertugas marah besar. Ia menuntut agar sekop yang hilang itu dibuat yang baru. Tidak ada satu orang pun yang berani beranjak. Komandan yang memang sudah marah itu mengangkat senapannya dan mengancam untuk membunuh semuanya.

Akhirnya seseorang maju ke depan. Komandan itu meletakkan senapannya dan mengambil sebuah sekop lalu memukulnya sampai mati. Setelah adegan mengerikan itu terjadi, para tahanan mengangkat mayat yang berlumuran darah tersebut dan membawanya ke pos pemeriksaan kedua. Kali ini mereka menghitung sekopnya dan ternyata tidak ada sekop yang hilang. Rupanya di pos pemeriksaan pertama tadi terjadi kesalahan hitung. Berita itu dengan cepat tersebar. Seorang manusia yang tak bersalah mau mati untuk menyelamatkan rekan-rekannya. Insiden ini membawa pengaruh besar. Akhirnya setiap orang di sana memperlakukan temannya seperti saudara sendiri. Tidak ada kebencian. Tidak ada sakit hati. Yang ada kasih dan pengampunan.

Yesus yang tak bersalah itu mau bercucuran darah dan mati di kayu salib, supaya manusia diselamatkan dan supaya mereka saling mengasihi. Seperti kata Yesus, “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yohanes 15:12). Tuhan tidak memaksa Anda untuk mengasihi saudara Anda sendiri yang telah menyakiti hati Anda, tetapi cobalah Anda melihat kembali harga yang Yesus bayar di kayu salib. Ia rela melakukan semuanya itu supaya kita bisa hidup di dalam kasih. Ia mau kita bisa menikmati kenikmatan kasih dan pengampunan Allah.

Renungan: 
Kadang kita terlalu berat untuk hidup di dalam kasih. Hati kita seperti terlalu besar lukanya, sehingga pengampunan itu menjadi angan-angan yang tidak dapat tercapai. Tetapi cobalah Anda melihat kembali pengorbanan Kristus di kayu salib. Ia melakukannya supaya Anda mau mengampuni dan memaafkan. 
Hidup yang terindah adalah hidup dalam kasih.

No comments:

Post a Comment