Ayat Bacaan : Ibrani 3:7-11; Mazmur 78:40, 41 “Di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya” (Ibrani 3:9).
Allah menyertai bangsa Israel selama empat puluh tahun di padang gurun bukanlah hal yang mudah. Hampir setiap hari mendengarkan kalimat-kalimat negatif dan pesimistis dari umat-Nya sendiri. Rupanya bukanlah jaminan bila mereka akan menempuh perjalanan itu dengan nyaman setelah berbagai tanda ajaib ditunjukkan di hadapan mereka. Bayangkan, selama empat puluh tahun itu berbagai tanda ajaib telah ditunjukkan di hadapan mereka, namun masih saja hati mereka bebal dan kepala mereka keras. Bagaimana dengan keadaan Israel modern seperti zaman sekarang ini?
Ternyata tidaklah jauh berbeda. Di sini kita masih menemukan orang-orang Israel yang duduk-duduk sambil menggerutu dan menyalahkan Allah. Kita saat ini sedang menghadapi krisis rohani yang sama dengan bangsa Israel di padang gurun. Gerutuan, omelan, dan kekesalan yang ditumpahkan kepada Allah setiap hari terdengar seperti melodi yang sumbang di telinga Allah. Hati mereka tidak ada ucapan syukur lagi. Selalu saja ada bahan untuk menyalahkan Allah. Ingatlah bahwa generasi Israel di padang gurun tidak ada yang bisa masuk ke tanah Kanaan, kecuali Yosua dan Kaleb yang menaruh imannya kepada Allah.
Generasi saat itu telah menimbulkan kemarahan Allah dengan segala perbuatan-perbuatan yang jahat. Kalau Anda membaca Mazmur 78, maka Anda akan melihat tulisan seseorang yang mengingatkan kembali kepada sejarah masa lalu. Salah satu kalimatnya adalah, “Berapa kali mereka memberontak terhadap Dia di padang gurun, dan menyusahkan hati-Nya di padang belantara! Berulang kali mereka mencobai Allah, menyakiti hati Yang Kudus dari Israel” (Mazmur 78:40, 41). Allah bisa sakit hati! Ada lagu yang berkata kalau sakit gigi itu lebih mending daripada sakit hati. Kalau orang tidak pernah sakit hati, senandung seperti ini hanyalah guyonan belaka. Tetapi yang sudah pernah, sakitnya benar-benar nggak ketulungan! Saya pikir Allah juga merasakan hal yang sama saat Anda bermain-main dengan Dia.
Renungan: Marilah kita berikan respek yang tertinggi kepada karya keselamatan di dalam Yesus. Janganlah menyakiti hati-Nya lagi. Allah itu punya perasaan, karena itu jangan menyakiti hati-Nya.
No comments:
Post a Comment