Saturday, September 12, 2015

Belajar Mengampuni


Ayat bacaan : Filemon 1:17-25; Nehemia 5:9, 10 “Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri” (Filemon 1:17).

Jungle Aviation and Radio Service (JAARS), departemen penerbangan Perterjemahan Alkitab Wycliffe telah berpengalaman terbang selama lebih dari 25 tahun sebelum terjadi kecelakaan di Papua Nugini pada tanggal 7 April 1972. Tujuh orang diberitakan meninggal dunia. Pesawat terbang yang dinamakan “Piper Aztec” itu baru sehari dilakukan cek fisik. Mendengar kecelakaan tersebut sang pemimpin mekanik terkejut. Memikirkan kembali apa saja yang telah dilakukan saat cek fisik itu, tiba-tiba ia merasakan kekagetan yang luar biasa. Ia teringat bahwa ia belum selesai mengencangkan saluran bahan bakar saat ia terganggu oleh suatu hal. Dan ia belum menyelesaikannya sampai terjadinya kecelakaan tersebut.

Itulah yang menjadi sebab terbakarnya dan meledaknya pesawat tersebut. Selama berhari-hari sang mekanik mengalami kebingungan, dan ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk memperbaiki kesalahan yang tidak mungkin dikoreksi kembali. Ia tenggelam dalam depresi. Teman dan keluarganya tidak mampu membangkitkan dia dari rasa bersalahnya itu. Sebelum keluarga Doug Hunt, pilot yang tewas dalam kecelakaan itu, kembali ke Selandia Baru, ia merasa perlu berbicara dengan mereka dan meminta pengampunan atas kelalaiannya tersebut. Tidak ada kata yang dapat diucapkan kecuali menangis begitu ia berada di hadapan mereka.

“Ini tanganku yang telah mengambil nyawa Doug…..” Glennis Hunt, istri mendiang sang pilot, merangkulnya. “Glennis duduk di samping saya dan menggenggam erat tangan saya yang telah merenggut nyawa suaminya,” tulisnya, “dan pilot JAARS lainnya duduk di dekat saya sambil menunjukkan kasih, penghiburan, dan pengampunan.” Itu merupakan awal yang amat penting bagi proses kesembuhannya. Pikirkan kisah di atas. Kalau Glennis Hunt tidak mengampuni, akan ada dua korban lagi: sang mekanik dan ia sendiri! Jadi jangan pernah berpikir bahwa kebencian itu merupakan jawaban dari sakit hati Anda. Justru sebaliknya kasih dan pengampunan mampu menghanguskan segala macam masalah dan akar kepahitan.

Renungan: Tidak ada kata yang indah selain, “Aku mengampunimu.” Kalau setiap orang mengampuni, segala akar kepahitan akan tercabut dari hati manusia. Marilah kita belajar mengampuni setiap saat. Pengampunan adalah obat bagi orang lain dan terutama diri sendiri.

No comments:

Post a Comment