Saturday, April 23, 2016

Hidup Tapi Mati

Ayat Bacaan : Wahyu 3:1-6; Amsal 11:19 “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati” (Wahyu 3:1)!

Dengan segala aktivitas dan kegiatan gereja di Sardis, bagaimana mungkin Tuhan berkata bahwa dia hidup, tetapi mati? Bukankah segala rutinitas dan ibadah berjalan seperti biasanya? Mengapa dikatakan “mati”?

Ini teguran yang amat serius! Dan memang kenyataannya gereja dapat menjadi mati, meskipun kegiatan peribadahannya masih berlangsung dengan semarak. Ada 3 hal yang menyebabkan gereja mati:

Pertama, iman tanpa perbuatan. Ayat dua berkata, “Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.” Kata ‘pekerjaan’ dalam ayat ini berasal dari kata ‘ergon’ yang juga diterjemahkan dengan ‘perbuatan’. Lalu pekerjaan apa yang tidak didapati sempurna di sini? Itulah pekerjaan yang berasal dari Roh. Setiap orang yang bertobat dan dilahirkan kembali harus menunjukkan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatannya itu – menghasilkan buah yang berkenan kepada Tuhan dan menjadi terang bagi segala bangsa. Kepada Raja Agripa, Paulus berkata, “ ……bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan [ergon] yang sesuai dengan pertobatan itu” (Kisah Para Rasul 26:20) [Lih. juga Matius 5:16; Kolose 1:10].

Kedua, penyembahan tanpa kekudusan. Ayat empat berkata, “Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.” Pakaian putih berbicara mengenai kekudusan. Sebaliknya ada pakaian lain yang tercemar oleh keinginan-keinginan dosa (Yudas 1:23). Tidak peduli seberapa kuat jemaat Tuhan menyembah Tuhan, tanpa kekudusan semuanya itu seperti tong kosong yang nyaring bunyinya. Tuhan mau hatimu dahulu yang dibersihkan baru datang menyembah Tuhan.

Ketiga, kasih tanpa pengorbanan. Kembalilah pada Wahyu 2:4 mengenai kasih mula-mula. Tidak ada kasih yang tidak berkorban. Kalau Anda mengasihi Tuhan tidak sepatutnya Anda berpikir mengenai berkat apa yang akan Tuhan lemparkan dari surga kepada Anda, tetapi pikirkan apa yang dapat Anda lakukan bagi Dia. Selama kasih Anda tidak membara, saya sangsi apakah Anda mau berkorban sebagai ekspresi kasih Anda kepada-Nya?

Renungan: Tidak semua orang yang duduk manis di bangku gereja adalah jemaat yang “hidup”. Seperti jemaat di Sardis, masih banyak ditemukan jemaat yang hidup tapi mati. Periksalah apakah Anda hidup atau mati atau hampir mati (secara rohani tentunya)? Hanya gereja yang hidup yang dapat mempermuliakan Tuhan.

No comments:

Post a Comment