Ayat Bacaan : Wahyu 15:5-8; 2 Tawarikh 5:13, 14 “Dan Bait Suci itu dipenuhi asap karena kemuliaan Allah dan karena kuasa-Nya, dan seorangpun tidak dapat memasuki Bait Suci itu, sebelum berakhir ketujuh malapetaka dari ketujuh malaikat itu” (Wahyu 15:8).
Ibadah tanpa dibarengi kemuliaan Allah itu tidak lebih dari sebuah upacara kegamaan, seperti yang dilakukan oleh para penganut agama lainnya. Tanpa kemuliaan Allah ibadah yang Anda jalani tidak akan menghasilkan dampak dalam hidup Anda. Anda akan mudah bosan, jenuh, dan tidak tahan berdiam terlalu lama dalam rumah Allah.
Gambaran tentang kemuliaan Allah yang jelas dapat Anda lihat pada upacara pentahbisan Bait Allah. Yang menarik adalah pernyataan seperti ini, “Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan, sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah” (2 Tawarikh 5:13, 14).
Awan kemuliaan tidak harus selalu nampak secara fisik dalam sebuah peribadahan. Yang pasti, kehadiran dari kemuliaan Tuhan itu akan membawa dampak dalam sebuah ibadah. Lalu apakah mungkin awan kemuliaan itu bisa dinikmati ketika kita berada dalam gedung gereja saat ibadah berlangsung? Jawaban saya: mengapa tidak? Beberapa kali saya mendengarkan kesaksian jemaat yang melihat awan kemuliaan di tengah peribadahan, meskipun mungkin hanya orang tersebut yang Tuhan izinkan untuk melihatnya. Yang penting bukan penglihatan itu melainkan dampak dari kemuliaan Allah tersebut.
Apa yang menjadi kekurangan gereja Tuhan kini adalah cepat puas dengan hasil sebuah ibadah. Bila ibadahnya lancar dan jemaat banyak yang datang itu sudah diklaim bahwa ibadahnya sukses. Tetapi bukan itu sebenarnya kriteria sebuah ibadah yang sukses. Kalau saja Anda pernah mengalami sebuah peribadahan di mana kemuliaan Allah dinyatakan dan banyak orang disembuhkan, diselamatkan, dan dipulihkan, Anda tidak akan puas hanya dengan peribadahan yang biasa-biasa saja. Jiwa Anda yang haus pasti berseru kepada Allah dengan penuh kerinduan, “Nyatakan kemuliaan-Mu, ya Allah!”
Renungan: Rindukan kemuliaan Allah dinyatakan dalam hidup kita, dan Anda akan dibuatnya puas bersama Yesus. Kendala utama mengapa kita tidak bisa menikmati kemuliaan Allah adalah ketidakrinduan kita akan hadirat dan kemuliaan Allah. Sebab itu marilah kita berseru, “Ya Allah, kirimkan api kemuliaan-Mu dan penuhi kami dengan awan kemuliaan-Mu.”
Ibadah yang berhasil adalah ibadah yang disertai kemuliaan Allah.
No comments:
Post a Comment