Ayat Bacaan :Keluaran 37:10-16; Matius 4:4
“Dibuatnyalah meja itu dari kayu penaga, dua hasta panjangnya, sehasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya. Disalutnyalah itu dengan emas murni dan dibuatnya bingkai emas sekelilingnya. Dibuatnyalah sekelilingnya jalur pinggir yang setapak tangan lebarnya dan dibuatnya bingkai emas sekeliling jalur pinggirnya itu”
(Keluaran 37:10-12).
Untuk kesekian kalinya tiap bulan Desember kita memasuki minggu-minggu Natal. Suasana Natal mulai bergema, pernik-pernik dan hiasan pohon Natal mulai dipasang, lampu-lampu hias sampai lagu-lagu kidung Natal mulai mengalun. Sudah tradisi! Dan memang bulan ini sangat identik dengan Natal.
Di Indonesia sebagian besar ibu-ibu mulai menyiapkan bahan untuk membuat kue Natal, perabot-perabot rumah tangga mulai dibersihkan, tidak ketinggalan ruang tamu dan meja untuk tamu. Dalam hal ini meja tamu cukup memegang peranan penting, sebab saat sanak famili atau tetangga berkunjung,- maka ruang tamu menjadi ruang utama yang disinggahi, tempat untuk menjalin hubungan, dan persaudaraan, serta tempat untuk menyajikan minuman dan kue-kue hidangan.
Pada bacaan hari ini, kita sedang merenungkan tentang “Meja Roti Sajian” yaitu suatu meja sajian yang ditaruh di bait Allah, tepatnya di ruang kudus. Jika meja kue di ruang tamu itu penting, maka meja roti sajian yang ditaruh di bait Allah itu lebih penting dan sangat penting. Karena itu meja roti ini tidak dibuat dengan sembarangan. Tetapi dibuat menurut aturan yang ditetapkan oleh Tuhan, karenannya dibuatnyalah meja itu dari kayu penaga, dua hasta panjangnya, sehasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya. Disalutnyalah dengan emas murni dan dikelilingnya dibuat bingkai emas. Dibuatnyalah sekelilingnya jalur pinggir yang setapak tangan lebarnya dan dibuatnya bingkai emas sekeliling jalur pinggirnya itu. Dituangnyalah untuk meja itu empat gelang emas dan dipasangnyalah gelang-gelang itu di keempat penjurunya, pada keempat kakinya. Dekat ke jalur pinggirnyalah gelang itu, yakni tempat memasukkan kayu pengusung, supaya meja itu dapat diangkut.
Meja roti sajian ini adalah meja roti yang menyatakan hubungan antara Allah dan manusia dan merupakan sarana untuk bertemunya umat dan Allah. Meja roti ini berbicara tentang Allah yang menyediakan hidangan bagi umat-Nya dan Allah yang memelihara umat dengan firman-Nya. Sebab manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4).
Renungan:
“Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia”
(Yohanes 6:51).
Dialah Roti hidup yang memenuhi kebutuhan kita.
No comments:
Post a Comment