Saturday, July 22, 2017

Syibolet

Ayat Bacaan : Hakim-Hakim 12:1-15; 1 Korintus 1:10

“Maka mereka berkata kepadanya: "Coba katakan dahulu: syibolet." Jika ia berkata: sibolet, jadi tidak dapat mengucapkannya dengan tepat, maka mereka menangkap dia dan menyembelihnya dekat tempat-tempat penyeberangan sungai Yordan itu. Pada waktu itu tewaslah dari suku Efraim empat puluh dua ribu orang” 

(Hakim-Hakim 12:6).


Ayat-ayat di atas merupakan bagian dari perikop mengenai perang antara suku Gilead yang dipimpin oleh Yefta dengan bani Amon. Dalam perang ini terjadi kesalahpahaman antara suku Gilead dan suku Efraim. Suku Efraim menyalahkan Gilead karena tidak mengajak Efraim dan suku Gilead menyalahkan suku Efraim karena tidak membantu ketika suku Gilead berperang melawan bani Amon. Kesalahpahaman ini berakhir dengan tragis sebab terjadi pembantaian besar-besaran pada suku Efraim.

Uniknya, untuk membuktikan sebuah identitas suku Gilead mempunyai “password” yang kita ketahui disebut dengan “syibolet” (artinya: aliran). Dialek mereka memang tidak sama. Untuk kata yang sama, orang Gilead menyebut dengan “syibolet” tetapi orang Efraim menyebutnya “sibolet”. Dan inilah yang dipakai oleh orang Gilead untuk mengidentifikasi suku Efraim. Bila seseorang diperintahkan menyebutkan “syibolet” tetapi jawabannya “sibolet”, maka dipastikan orang itu akan menemui ajalnya. Dan pada waktu itu orang Efraim yang terbunuh berjumlah 42.000 jiwa.

Sikap seperti ini masih dipakai hingga kini. Kesamaan dalam ras, budaya, jenis, dsb, membuat manusia rela mengorbankan kebenaran, tanpa melihat duduk perkaranya. Coba Anda lihat berbagai konflik yang terjadi di negara kita ini. Perang antar suku dan ras masih begitu sering kita dengar. Mereka mempunyai prinsip seperti “syibolet”, tidak peduli apakah saudaraku itu benar atau tidak, yang penting dia itu satu suku dan ras denganku. Apapun kesalahannya itu tidak berarti lagi. Marilah kita bantai orang-orang yang menyakiti saudaraku.

Sangat picik bukan? Dan itulah fakta yang terjadi. Negara kita memang kaya budaya dan ras. Kita bermegah dalam “Bhinneka Tunggal Ika”. Tetapi kenyataannya iblis menemukan celah dalam keanekaragaman tersebut. Negara kita beberapa kali terkoyak karena praktek “syibolet” tersebut. Dan sebagai orang benar marilah kita berdoa bagi bangsa kita ini. Lihatlah ribuan nyawa yang mati sia-sia karena kepicikan manusia tersebut. Ah, kalau gereja ikut-ikutan menerapkan praktek “syibolet”, maka dunia tidak dapat lagi melihat kebenaran di dalam gereja.

Renungan:
Dunia terpecah-pecah karena “syibolet”. Dan negara kita juga tidak luput dengan praktek ini. Marilah kita berdoa agar iblis tidak membodohi rakyat Indonesia melalui praktek “syibolet” ini.


Manusia adalah makhluk yang paling mudah diadu domba.

No comments:

Post a Comment