Ayat Bacaan : Ulangan 6:1-25; Yohanes 14:15
“Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan”
(Ulangan 6:5-6).
Perintah mengasihi TUHAN Allah bukanlah didominasi umat Perjanjian Baru saja. Mereka yang hidup dalam Perjanjian Lama pun harus hidup mengasihi Tuhan “dengan segenap hati [kita] dan dengan segenap jiwa [kita] dan dengan segenap kekuatan [kita]…” Ini berarti mengasihi Tuhan adalah mutlak dilakukan oleh umat-Nya baik muda dan tua, anak-anak dan remaja. Namun pertanyaannya adalah “bagaimana mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan itu?”
Ingat hati adalah roh kita. Jiwa terdiri dari pikiran, emosi atau perasaan dan kehendak kita. Kekuatan adalah bagian dari tubuh kita. Jadi mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kita adalah sama dengan mengasihi Tuhan dengan segenap roh, jiwa dan tubuh kita. Sebab kita adalah roh memiliki jiwa dan tinggal di dalam tubuh.
Mengasihi Tuhan harus dimulai dari dalam hati atau roh kita terlebih dahulu. Mengapa? Sebab di dalam hati atau roh kitalah kita mengambil keputusan apakah kita mau mengasihi Tuhan atau tidak, baru setelah itu jiwa [kehendak] kita berfungsi untuk memerintahkan tubuh kita mengasihi Tuhan dalam tindakan, baik dalam perkataan atau perbuatan. Perkataan atau perbuatan apa yang dikategorikan mengasihi Allah?
Bukankah Yesus pernah berkata, ”Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yohanes 14:15). Jadi perkataan dan perbuatan yang sesuai dengan perintah Tuhanlah yang dikatagorikan mengasihi Allah. Oleh sebab itu jangan pernah melupakan perintah Allah atau firman Allah bila kita ingin mengasihi Allah.
Gerakan mengasihi Tuhan ini harus kita teruskan kepada anak-anak kita dengan mengajarkan firman Allah berulang-ulang dan membicarakannya apabila kita duduk di rumah, apabila kita sedang dalam perjalanan, apabila kita berbaring dan apabila kita bangun. Tujuannya apa? Supaya mereka tidak lupa.
Dan biarlah firman Allah dalam bentuk tulisan juga ada di mana-mana supaya ke manapun kita berada baik di rumah atau di luar rumah firman Allah tetap terlihat dan dapat dibaca oleh mata kita atau anak-anak kita. Sehingga pada waktu kita melihatnyakasih kita kepada Allah menjadi bertumbuh. “Oleh sebab itu haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu” (ayat 8-9).
Renungan:
Bukankah “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita?” Itu berarti, ”Bukankah sekarang waktunya bagi kita menggerakan dan memerintahkan jiwa dan tubuh kita untuk melakukan firman Allah?” Yes!
Iman tanpa perbuatan mati, kasih tanpa perbuatan nol besar.
No comments:
Post a Comment