Ayat Bacaan : 1 Samuel 9:1-27; 1 Timotius 2:3, 4
“Orang ini ada anaknya laki-laki, namanya Saul, seorang muda yang elok rupanya; tidak ada seorangpun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya: dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya” (1 Samuel 9:2).
Allah melihat hati manusia dan bukan perawakannya. Kalau toh Saul dipilih oleh Allah untuk menjadi raja, ini semata-mata bukan karena Saul mempunyai perawakan yang tinggi dan yang bertampang “kece”. Tetapi Allah melihat hati manusia. Dasar apakah yang membuat Allah memilih Saul? Yang pasti itu semua karena kasih karunia Allah. Allah melihat ke dalam hati Saul bahwa dia memang layak untuk menjabat sebagai raja Israel.
Namun kita tahu akhir cerita atau kisah Saul ini. Hidupnya memang berakhir tragis. Dia menjadi raja yang gagal. Dia tidak mampu menjalankan amanah surgawi. Apakah Allah tidak mampu melihat akhir dari hidup Saul? Mengapa Allah tidak memilih yang lainnya saja?
Dasar pemulihan Allah pasti benar! Dia memilih Saul sebagai raja Israel pastilah itu pilihan yang terbaik. Dan Allah sudah memberikan kehendak bebas kepada Saul untuk tetap mengikuti perintah Allah ataukah mengabaikannya.
Saya percaya akan kedaulatan Allah, tetapi saya yakin juga bahwa Allah memberikan kehendak bebas kepada manusia untuk menentukan pilihan. Sama seperti kasus Yudas. Allah sama sekali tidak pernah menjadikan dia sebagai kambing hitam dalam kasus penyaliban Yesus, tetapi Yudas yang mulanya tulus dan baik lama-kelamaan berubah menjadi jahat. Mulanya dia berkompromi dengan menjadi pencuri kelas teri – mencuri kas bendahara yang dipegangnya (Yohanes 12:6) - lalu meningkat menjadi pencuri kelas kakap dengan menjual Yesus untuk mendapatkan 30 keping uang perak (Matius 26:15). Yudas telah menentukan pilihannya untuk menjadi pengkhianat!
Allah menghendaki semua manusia untuk diselamatkan, seperti Alkitab katakan, “Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1 Timotius 2:3, 4). Tetapi apakah semuanya diselamatkan? Tidak! Hanya mereka yang dengan rela hati menerima Yesus di dalam hati dan berpaling dari jalan-jalannya yang jahat.
Renungan:
Kita dihadapkan pilihan untuk tetap bersandar pada ketetapan Allah ataukah menjauhinya. Apabila kita tahu bahwa berjalan di dalam ketetapan Allah akan mendatangkan berkat, ambillah jalan itu.
Manusia menentukan nasibnya sendiri.
No comments:
Post a Comment