Wednesday, September 14, 2016

Hidup Yang Membawa Dampak

Ayat Bacaan : Kejadian 41:37-57; Lukas 10:3 “Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: "Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah" (Kejadian 41:38)?

Berhubungan dengan dunia sekuler bagi sebagian orang Kristen mungkin aneh dan kikuk. Karena itu tidak sedikit dari mereka yang memisahkan diri dari lingkungan sekuler lalu pergi ke sekolah-sekolah Alkitab atau lingkungan yang mayoritasnya beragama Kristen. Tetapi kalau kita melihat kehidupan Yusuf, kita akan melihat fakta yang sebaliknya. Yusuf justru tinggal di tengah-tengah orang yang belum mengenal Allah yang benar. Apakah Yusuf merasa “alergi” lalu meninggalkan Mesir? Tidak! Justru firman Allah digenapi karena Yusuf tinggal di Mesir dan menjadi orang yang berkuasa. Dan yang menarik lagi adalah pengakuan dari Firaun bahwa Yusuf adalah orang yang penuh dengan Roh Allah.

Saudara, kita tidak mungkin juga melepaskan diri dari lingkungan non Kristen. Di mana saja kita berada kita melihat orang-orang yang bertingkah laku yang tidak selaras dengan hati nurani kita. Kalau Anda adalah manusia yang tidak mengenal kompromi, maka perbuatan mereka jelas menyiksa manusia batiniah kita. Namun jalan keluarnya bukannya Anda keluar lalu pergi ke gunung-gunung untuk bertapa supaya hidup Anda lebih suci dan bersih dari segala godaan. Yang perlu dilakukan adalah membawa pengaruh positif dalam kehidupan mereka. Tidak salah bila Yesus berkata, “Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala” (Lukas 10:3). Mungkinkah seekor domba membawa pengaruh positif kepada para serigala? Kalau Yesus yang memerintahkan berarti ada solusi di dalam Dia. Tuhan telah membekali kita dengan otoritas dan kuasa supaya mereka melihat dan terkena dampak dari kehidupan orang-orang benar.

Hidup di tengah serigala tanpa kompromi adalah cara yang paling baik. Orang benar yang konsisten dan tetap tinggal dalam integritasnya, maka dampak yang ditimbulkannya akan terasa sekali. Yusuf hidup di tengah bangsa kafir, namun dia tetap menjaga integritasnya. Hukum Allah ada dalam hatinya. Ia tidak perlu melakukan kompromi-kompromi untuk menjaga kedudukannya atau untuk menarik hati raja. Bukankah cara-cara seperti ini masih dipakai sampai sekarang?

Renungan: Jadilah seperti Yusuf. Dia tidak perlu melakukan kompromi yang merusak hati nuraninya untuk meraih kedudukan yang tinggi. Bahkan sampai kedudukan itu diraihya ia tetap tinggal sebagai manusia yang memegang hukum Allah. Sekali lagi biarlah kehidupan Yusuf ini menjadi contoh bagi kita semua.

Iblis tidak khawatir dengan orang Kristen yang rajin ke gereja asalkan hidupnya tidak membawa dampak bagi orang-orang di sekitarnya.

No comments:

Post a Comment