Ayat Bacaan : Keluaran 7:14-25; Ibrani 3:8 “Firaun berkeras hati, ia menolak membiarkan bangsa itu pergi” (Keluaran 7:14).
Alkitab memperingatkan dan meminta berulang-ulang agar manusia tidak mengeraskan hatinya. Mengeraskan hati adalah suatu tindakan dari kehendak kita dan suatu penolakan terhadap kasih karunia Allah.
Karl Marx (1818-1883) adalah contoh utama yang menolak kasih karunia Allah dan menjadi pahit hati. Karl Marx adalah seorang yang sudah lahir baru pada masa remajanya dan memilki suatu hubungan yang indah dengan Tuhan Yesus Kristus. Ia tidak suka dengan kondisi para tenaga kerja di Jerman dan ia mengharapkan Gereja mengambil tindakan dalam memecahkan masalah ketidakadilan dan penindasan tenaga kerja pada zamannya. Gereja tidak mengambil tindakan sebagaimana yang ia pikir harus dilakukan, lalu kepahitan dan kebencian mulai tumbuh dihatinya. Marx tidak memusatkan pada kasih karunia, melainkan sebaliknya memusatkan pada ketidakadilan di zamannya. Akar kepahitan tumbuh di hatinya, sampai akhirnya ia menjual dirinya kepada iblis dan menjadi musuh utama Tuhan Yesus Kristus dan gereja. Pada waktu ia berumur 20 tahun, ia merumuskan teori komunisme.
Ada bermacam-macam tingkat kekerasan di dalam manusia. Kekerasan dimulai pada saat manusia merasa tidak suka, sakit hati atau tersinggung atas sesuatu. Seperti dalam ayat bacaan di atas hari ini, dikatakan bahwa “Firaun berkeras hati”’ saya menekankan masalah keras hati, seperti contoh Karl Marx ini, ia memaksakan yang menurut ia benar, jadi keras hati sangat berhubungan dengan keegoisan!
Padahal setiap kali seseorang mengeraskan hatinya, ia membuat dirinya jatuh semakin dalam ke dalam lubang. Seringkali keras hati tidak disadari oleh orang tersebut, tetapi orang lain yang terkena dampaknya.
Dikatakan bahwa jika kita berkeras hati, berarti kita menolak kasih karunia Allah. Mengapa? Karena di dalam Kristus sakit hati dan mudah tersinggung itu sudah diubah dengan “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” jika saja kita sungguh-sungguh menerapkan kasih itu dalam hati kita, keras hati lama kelamaan akan pudar dalam hati. Memang tidak mudah untuk mengalah terhadap perkara apa saja, tetapi jika Roh Kudus tinggal di dalam hati, niscaya kita mampu untuk melakukannya.
Renungan: Memiliki prinsip hidup yang kuat itu baik, jika saja prinsip itu sesuai dengan apa yang telah Kristus ajarkan.
Kekerasan hati bukan membawa kedamaian tetapi perdebatan di antara sesama.
No comments:
Post a Comment