Ayat Bacaan : Keluaran 27:9-19; Ibrani 10:19
“Haruslah engkau membuat pelataran Kemah Suci; untuk pelataran itu pada sebelah selatan harus dibuat layar dari lenan halus yang dipintal benangnya, seratus hasta panjangnya pada sisi yang satu itu”
(Keluaran 27:1).
Pelataran berada paling luar dari struktur Bait atau Kemah Suci. Sebelum masuk ke dalam ruang maha suci, maka imam besar harus melintasi pelataran dan ruang suci. Saya teringat dengan Daud yang berkata, “Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam” (Mazmur 84:2)! Terjemahan “tempat kediaman” sebenarnya kurang tepat, sebab menurut bahasa aslinya kata itu adalah chatser yang berarti “pelataran”. Kata ini adalah kata yang sama dengan kata yang dipakai pada ayat di atas. Jadi Daud sangat merindukan berdiam di pelataran Bait Allah. Ini ungkapan hati Daud, “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik” (Mazmur 84:11).
Berada di pelataran saja, bagi Daud seperti berada di surga. Lihat saja hatinya yang mengatakan bahwa satu hari di pelataran tersebut jauh lebih baik daripada seribu hari di tempat lain. Ada apa dengan pelataran? Apa yang menarik dengan pelataran? Apa di luar sana nggak ada yang lebih indah?
Apabila Anda ditanya, tempat apa yang paling menyenangkan bagi Anda? Pantai? Gunung? Hutan? Plaza? Atau….? Bagi Daud bukan tempat seperti itu yang menjadi kesukaannya. Daud suka tinggal di pelataran Bait Allah. Di sana ia merasakan atmosfir hadirat Allah, sebab hadirat Allah sesungguhnya didapatkan di dalam ruang maha suci. Baru masuk pelataran saja sudah membuat Daud terkesima, apalagi masuk ke dalam ruang maha suci!
Daud tidak bisa masuk ke dalam ruang maha suci, sebab orang yang diangkat menjadi imam besar saja yang boleh memasukinya, itupun setahun cuma sekali. Ada tirai tebal yang memisahkannya. Sekarang, setelah Yesus mati dan tirai itu robek dari atas ke bawah (Matius 27:51), kita dapat “berduyun-duyun” masuk ke dalam ruangan itu (Ibrani 10:19). Hadirat Allah tidak lagi menjadi milik imam besar, tetapi kita juga berhak memilikinya. Luar biasa anugerah Allah!
Renungan:
Kalau Anda tidak menggunakan kesempatan ini untuk menikmati hadirat Allah, maka Daud akan terbelalak heran. Kenapa tidak ada manusia yang datang kepada-Nya dan menikmati kemuliaan-Nya?
Kemegahan istana presiden masih belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan pelataran Bait Allah.
No comments:
Post a Comment