Ayat Bacaan : 2 Samuel 15:1-12; Filipi 2:3, 4
“Cara yang demikianlah diperbuat Absalom kepada semua orang Israel yang mau masuk menghadap untuk diadili perkaranya oleh raja, dan demikianlah Absalom mencuri hati orang-orang Israel. Sesudah lewat empat tahun bertanyalah Absalom kepada raja: "Izinkanlah aku pergi, supaya di Hebron aku bayar nazarku, yang telah kuikrarkan kepada TUHAN”
(2 Samuel 15:6, 7).
Beberapa tahun yang lalu tepatnya tanggal 05 Juli 2004 bangsa Indonesia mengadakan pesta demokrasi, yaitu pemilu Presiden putaran pertama dan putaran kedua. Waktu itu merupakan pemilu yang baru pertama kalinya dalam sejarah politik bangsa Indonesia, dimana presiden dan wakilnya dipilih secara langsung oleh rakyat. Pada masa kampanye sebelumnya para capres dan cawapres berlomba-lomba sedemikian rupa untuk mendapatkan simpati dari masyarakat. Berbagai upaya ditempuh untuk mencuri hati rakyat. Di sisi lain rakyat berharap supaya ketika terpilih presiden dan wakilnya memenuhi janji-janjinya. Dan kita patut bersyukur, sebab pemilu berlangsung secara aman.
Berkaitan dengan pencapaian kedudukan dan untuk memenuhi ambisinya seseorang bisa menggunakan segala cara. Jika tidak bisa menggunakan cara halus, cara kasar pun bisa dipakai yang penting tujuannya tercapai. Hal ini dilakukan oleh Absalom. Ia sedang mempersiapkan kudeta untuk merebut kekuasaan dari Daud. Hal ini dilakukan Absalom karena ia masih menyimpan sakit hati, ia merasa diperlakukan tidak adil yang berkaitan dengan kasus Tamar dan Amnon. Namun sebenarnya Absalom tidak perlu sakit hati, sebab Daud sudah memberikan pengampunan dan melupakan perbuatannya atas Amnon.
Tetapi diam-diam Absalom merencanakan kudeta. Setiap pagi ia berdiri di tepi jalan yang menuju pintu gerbang. Setiap orang yang hendak menghadap raja dipanggil Absalom dan ditanyai. Ia mencoba mencuri hati bangsa Israel supaya simpati kepadanya. Ketika orang-orang Israel mulai simpati dan berpihak kepada Absalom, ia mulai maju satu tahap menggulirkan rencananya. Demi ambisinya ia melakukan hal yang licik bahkan pura-pura membayar nazar Tuhan, ibadah dipakai sebagai propaganda untuk memuaskan kepentingannya sendiri.
Saudara hari ini kita sedang diingatkan Tuhan untuk tidak mementingkan diri sendiri. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga (Filipi 2:3,4).
Renungan:
Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat (Yakobus 3:14,16).
Perhatikan dan kasihi sesama kita, sebab Allah sudah mengasihi dan memperhatikan kita.
No comments:
Post a Comment