Wednesday, March 16, 2016

Kasih Meluluhkan Kekerasan Hati

Ayat Bacaan : 1 Yohanes 4:11-12; Yesaya 1:16, 17 “Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi” (1 Yohanes 4:11).

Seorang wanita Kristen bekerja di antara para penderita kusta di London. Suatu hari ia bertemu dengan seorang gadis kecil miskin di jalan di kota London yang dingin membeku. Dengan tangannya sendiri wanita pelayan Tuhan ini melayaninya, mengganti spreinya, menyiapkan obat, memberinya makanan yang bergizi, menyalakan tungku pemanas, pokonya apa saja dilakukan supaya gadis kecil ini merasa nyaman. Lalu ia berkata kepada gadis ini, “Bolehkah aku berdoa buatmu?”

“Tidak,” kata gadis kecil itu di luar dugaan. “Kau melakukan semuanya ini agar Kau bisa masuk surga.”

Selang beberapa hari, wanita pelayan Tuhan itu semakin dipenuhi dengan kasih dan gadis kecil semakin dipenuhi amarah dan sakit hati. Akhirnya wanita itu berkata, “Sayang, keadaanmu semakin membaik, dan mungkin aku tidak akan datang lagi kemari. Jadi ini adalah kunjunganku terakhir kalinya, karena itu aku ingin menciummu.” Ketika bibirnya yang penuh dengan kasih Kristus itu menyentuh pipi gadis kecil tersebut, lalu meledaklah tangisan gadis kecil itu. Hati yang keras itu diluluhkan dengan kasih yang konsisten.

Saudara, kita wajib meniru perbuatan wanita di atas. Dengan kesabarannya dan kasihnya ia mampu menyelamatkan jiwa yang selama bertahun-tahun menyimpan akar kepahitan. Kalau seandainya setiap jemaat Tuhan hidup di dalam kasih, dalam waktu yang tidak lama banyak jiwa akan dimenangkan bagi Kristus. Kita harus bertobat dari segala kegiatan yang jauh dari kasih. Selama ini kita terlalu memusatkan diri pada liturgi dan kegiatan gereja yang sepertinya hanya untuk melampiaskan ambisi pribadi saja. Jangan berbicara mengenai kebangunan rohani sebelum kita mengerti apa arti “kasih” itu. Jangan berbicara mengenai memenangkan jiwa sebelum kita tahu cara merangkul dan mengasihi mereka yang terpuruk. Dan benarlah bila dikatakan bahwa kasih itu yang terbesar, sekaligus jarang dipraktekkan oleh orang Kristen.

Perhatikan seruan Allah melalui Nabi Yesaya, “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda” (Yesaya 1:16, 17)!

Kalimat pertama Allah menyeruhkan pertobatan, lalu dilanjutkan yang kedua dengan seruan untuk bertindak di dalam kasih. Seruan ini masih didengungkan kepada gereja Tuhan pada zaman kini. Maukah kita meresponinya?

Renungan: Sudahkah Anda hidup di dalam kasih? Kalau belum, kegiatan apapun yang Anda kerjakan masih belum lengkap bila tidak ada kasih yang dinyatakan. Mulailah sekarang dengan tetangga Anda. Kualitas gereja ditentukan oleh kasih yang ditunjukkan kepada dunia ini.

No comments:

Post a Comment