Friday, March 24, 2017

Allah Tidak Pernah Berhutang

Ayat Bacaan : Bilangan 36:1-13; Matius 6:33
“Kata mereka: TUHAN telah memerintahkan tuanku untuk memberikan tanah itu kepada orang Israel sebagai milik pusaka dengan membuang undi, dan oleh TUHAN telah diperintahkan kepada tuanku untuk memberikan milik pusaka Zelafehat, saudara kami, kepada anak-anaknya yang perempuan” 
(Bilangan 36:2).

Marilah kita meninjau bagian Firman Tuhan ini dari sudut kebudayaan orang Israel pada waktu itu. Pada zaman Israel kuno, dalam banyak hal pria lebih dihargai dari wanita. Dari status sosial, sampai hak-hak khusus lainnya semuanya didominasi oleh golongan pria. Tanpa terkecuali pembagian harta benda atau warisan pun prioritas tetap berpihak pada pria. Namun jika kita melihat bagian Firman di atas, maka kita akan jumpai bahwa anak-anak perempuan Zelafehad mendapatkan warisan di antara orang-orang Israel pria lainnya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Dalam Bilangan 26:33 dikatakan bahwa Zelafehad tidak mempunyai anak laki-laki. Pada saat pembagian warisan tanah kepadanya didapatilah bahwa ia tidak memiliki pewaris tanahnya, karena saat pembagian tanah itu dilakukan sesuai keturunan, Zelafehad sudah meninggal dunia.

Maka datanglah anak-anak perempuan Zelafehad untuk meminta bagian mereka kepada Musa (Bilangan 27:1-7). Musa menyampaikan perkara ini kepada Tuhan, sebab kasus seperti ini baru pertama kali terjadi, jadi Musa tidak tahu harus berbuat apa. Allah menjawab Musa dengan berkata bahwa anak-anak perempuan Zelafehad itu benar. Mereka harus diberikan hak warisnya di tengah saudara-saudara ayahnya, hak waris itu harus turun kepada mereka. Apa yang dapat kita pelajari dari hal ini? Sebenarnya anak perempuan tidak mendapat hak waris seperti anak laki-laki. Tapi apa yang dilakukan Tuhan kepada mereka? Allah memberikan haknya di tengah saudara-saudara ayahnya yang pria. Sekalipun peraturannya belum ada, namun Allah membuat suatu peraturan baru yaitu hak seseorang tidak boleh dihilangkan. 

Belajarlah kebaikan hati Tuhan dari kisah ini. Tuhan tidak pernah berhutang, atau bertindak yang tidak adil pada kita. Apapun yang menjadi hak kita di hadapan-Nya pasti akan diberikan-Nya. Yesus berjanji, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Janji ini merupakan pegangan kita yang kuat, karena janji itu langsung diberikan Tuhan kepada kita. Yang menjadi permasalahan, dalam banyak hal kita mendahulukan kepentingan kita, kemudian Kerajaan Allah. Sering sekali jika kita melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan Tuhan, kita sangat takut jika tidak mendapatkan upah jasmani kita. Kita lupa untuk mendahulukan pekerjaan Tuhan tanpa harus memikirkan upah. Bila kita memikirkan upah, maka hati kita cenderung kepada perkara jasmani. Lupakanlah upah dan kerjakanlah yang terbaik untuk Tuhan, sebab Dia tidak pernah mau berhutang. Ia pasti memberikan apa yang menjadi hak kita sesuai janji-Nya. 

Renungan:
Tuhan tidak pernah berhutang pada kita. Jika kita belum diberkati, ingatlah apakah kita sudah melakukannya seperti untuk Tuhan atau belum. Oleh sebab itu kerjakanlah yang terbaik untuk Tuhan, dan Ia akan memberkati kita.

Pikirkan apa yang terbaik yang dapat Anda berikan kepada Tuhan.

No comments:

Post a Comment