Saturday, November 12, 2016

Bukan Adat

Ayat Bacaan : Keluaran 23:14-19; 1 Timotius 6:6 Hari raya Roti Tidak Beragi haruslah kaupelihara; tujuh hari   lamanya engkau harus makan roti yang tidak beragi, seperti yang   telah Kuperintahkan kepadamu, pada waktu yang ditetapkan dalam   bulan Abib, sebab dalam bulan itulah engkau keluar dari Mesir,  tetapi janganlah orang menghadap ke hadirat-Ku dengan tangan  hampa (Keluaran 23:15).

Di beberapa tempat ibadah disamakan dengan adat, atau adat dicampuradukan dengan ibadah, dan ini namanya sinkretisme. Praktek-praktek ini masih dilakukan hingga hari ini, termasuk di Indonesia. Kalau berbicara tentang adat maka ibadah itu bukan adat dan tidak boleh dicampur adukan keduanya. Mengapa demikian? karena masih begitu banyak orang yang kadang menyamakan antara ibadah dan adat istiadat.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa adat seringkali mempengaruhi ibadah, namun tetap harus dibedakan. Kita orang percaya jangan sampai menganggap ibadah itu bagian dari adat, dan mengubah ibadah menjadi kebiasaan manusia, hal ini berakibat ibadah dijalankan tanpa ada muatan iman, harap dan terlebih kasih kepada Allah. Ibadah mulai bergeser nilainya bukan lagi untuk kemuliaan Allah, tetapi disetarakan dengan aktivitas kegiatan sosial. Ibadah mulai berpusat kepada manusia dan dipandang sebagai perintah manusia.

Pada ayat yang kita baca,  kita sedang diingatkan Tuhan tentang pentingnya ibadah. Hari raya roti tidak beragi adalah hari raya yang mengacu kepada korban Tuhan Yesus Kristus yang kemudian diperingati sebagai perayaan paskah, yaitu penebusan dosa manusia.

Allah mau perayaan ini dipelihara, bukan fokus kepada acaranya tetapi kepada makna perayaannya, yaitu untuk mengingat kasih Allah kepada kita. Sebab karena begitu besar kasih Allah kepada kita Ia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal untuk menebus dosa kita. Allah menyambung kembali hubungan yang beberapa saat sempat terputus karena dosa.

Ia sangat merindukan semua manusia kembali kepada-Nya dan masuk dalam perjanjian serta beroleh berkat-berkat-Nya, tetapi tidak semua orang mau mengerti dan menerima-Nya.

Di dalam ibadah dikatakan jangan menghadap dengan tangan hampa, ini berbicara tentang ucapan syukur yang harus kita naikkan kepada-Nya, Ia sedang mengajar kita bahwa hidup kita harus diwarnai dengan ucapan syukur, bukan bersungut-sungut. Dan salah satu ciri dalam ibadah adalah ucapan syukur. Ucapan syukur itu bukan adat tetapi ikatan kasih sebagai syukur kita kepada-Nya.

Renungan: Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! (Mazmur 100:2).

Ibadah itu bukan adat kebiasaan tetapi ikatan kasih Allah kepada manusia.

No comments:

Post a Comment