Ayat Bacaan : Keluaran 21:12-36; 1 Korintus 13:13 ”….maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak” (Keluaran 21:23-25).
Kelihatannya peraturan yang Allah tetapkan kepada bangsa Israel pada waktu itu sulit untuk diterapkan pada zaman modern seperti saat ini. Bahkan kelihatannya melalui peraturan itu Allah terlalu sadis dan tidak berperikemanusiaan. Tidak seperti Allah yang digambarkan dalam Perjanjian Baru. Bukankah Allah itu adalah kasih? Dalam ini kita tidak bisa hanya melihat Allah pada peraturannya begitu saja tanpa harus melihat latar belakang mengapa sampai Allah membuat peraturan seperti itu.
Manusia di mata Allah berbeda dengan ciptaan Allah lainnya. Oleh sebab itu pemazmur menulis, ”Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan” (Mazmur 8:5-9).
Melalui pemazmur ini kita tahu bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia dan sangat berkuasa. Oleh sebab itu peraturan-peraturan yang dibuat oleh Allah seperti pada ayat di atas menunjukkan kepada kita bahwa manusia sangat berharga di mata Allah. Sehingga barangsiapa yang menyakiti ciptaan Allah ini termasuk manusia itu sendiri harus menanggung akibatnya.
Nilai kaki seorang manusia sama dengan kaki orang yang menyakitinya. Nilai nyawa seseorang sama dengan nyawa orang yang menyakitinya. Oleh sebab itu hukum ”nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak” harus ditegakkan, yang tujuannya agar sesama manusia saling menghargai sesamanya sebagai ciptaan Tuhan yang sama-sama mulia.
Dengan demikian bila peraturan ini diterapkan orang tidak lagi seenaknya menyakiti sesamanya sekaligus mengurangi angka kriminalitas. Inilah tujuan Allah yang sebenarnya membuat peraturan tersebut.
Renungan: Namun apakah peraturan tersebut masih relevan diterapkan dalam konteks Perjanjian Baru? Perjanjian Baru tidak lagi memerlukan peraturan seperti itu. Sebab manusia Perjanjian Baru berbeda dengan manusia Perjanjian Lama. Manusia Perjanjian Baru rohnya telah dilahirkan dari Allah. Sifat-sifat Allah ada di dalamnya, yaitu KASIH. Manusia Perjanjian Baru keinginannya cuma satu yaitu hidup dalam kasih. Sebab nyawa Yesus telah menjadi pengganti nyawa kita.
Peraturan mengatur manusia tetapi kasih menggenapi peraturan itu.
No comments:
Post a Comment