Ayat Bacaan : 1 Samuel 2:11-26; Wahyu 1:6
“berkatalah ia kepada mereka: “Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu?” (1 Samuel 2:23)
Kalau ada seorang pencuri kemudian memiliki seorang anak yang berprofesi sama dengan bapaknya mungkin hal ini wajar saja. Sebab pepatah bilang [sekalipun kebenarannya tidak mutlak benar 100%]: “buah jatuh tak jauh dari pohonnya,” yang artinya: sebagaimana bapaknya demikian juga sang anak. Kalau bapaknya baik maka anaknya juga baik.
Tetapi berbeda dengan anak-anak imam Eli: Hofni dan Pinehas. Sang bapak adalah seorang imam tetapi sang anak menjadi imam gadungan. Mengapa saya katakan demikian? Sebab mereka tidak bersikap dan bertindak layaknya seorang imam seperti bapaknya. Oleh sebab itu Alkitab berkata tentang mereka demikian, “Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN,”. (1 Samuel 2:12).
Ini salah siapa? Salah bapaknya – imam Eli. Mengapa? Sebab imam Eli tidak mendidik mereka hidup sebagaimana kehidupan seorang imam. Seandainya saja imam Eli bersikap tegas terhadap mereka pastilah mereka tidak melakukan hal-hal yang jahat, sebaliknya mereka akan menghargai panggilan Tuhan atas hidup mereka sebagai seorang imam.
Berbeda dengan Samuel yang sejak kecil sudah diperkenalkan kehidupan seorang imam dan bagaimana menghargai panggilan Allah atas hidupnya. Hasilnya? Tidak ada satupun firman Allah yang dibiarkan gugur. Luar biasa!
Hofni dan Pinehas berjubahkan seorang imam tetapi hati mereka jahat di mata Tuhan. Mereka adalah imam-imam yang gagal. Anda dan saya dipanggil untuk menjadi seorang imam? “dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan [menjadi raja-raja], menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, -- bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.” (Wahyu 1:6). Dan kita tidak ingin menjadi imam yang gagal. Sebab tugas seorang imam adalah sebagai pengantara - ikut menanggung beban orang lain, tetapi itu tidak dilakukan oleh anak-anak imam Eli. Mereka malah mengambil keuntungan dari orang lain untuk pribadi mereka sendiri.
Supaya kita tidak menjadi seorang imam yang gagal, hidup kita harus sesuai dengan jubah yang kita pakai. Kita dipanggil sebagai seorang imam itulah jubah kita maka hati kita juga harus bersikap sebagai seorang imam. Dan kita harus tegas tanpa kompromi terhadap dosa yang berusaha menjatuhkan panggilan kita.
Renungan:
Mari kita renungkan, bila Anda sebagai orang tua, didik anak-anak Anda untuk menghormati Tuhan lebih dari segalanya. Bila Anda sebagai seorang anak, hargailah dan hormatilah Tuhan dalam segala hal maka hidupmu pasti berumur panjang. Dan hiduplah sebagaimana Allah memanggil Anda.
Kegagalan akan terhindar saat kita hidup sesuai dengan panggilan-Nya.
No comments:
Post a Comment