Tuesday, April 3, 2018

Bangsa Budak ?

Ayat Bacaan : Nehemia 9:1-37; 1 Timotius 2:1-3
“Lihatlah, sekarang ini kami adalah budak. Ya, di tanah yang Kauberikan kepada nenek moyang kami untuk mengecap hasilnya dan segala kekayaannya kami ini adalah budak. Tanah itu menghasilkan banyak bagi raja-raja yang telah Kautetapkan atas kami karena doa-dosa kami. Mereka itu memerintah sekehendak hati atas diri kami dan ternak kami, sehingga kami dalam kesesakan besar”
(Nehemia 9:36-37).

Di tengah-tengah isu globalisasi perdagangan dunia, banyak pihak yang meragukan kemampuan Indonesia untuk dapat bersaing pada era perdagangan bebas nanti. Bahkan beberapa pihak secara ekstrim berkata bahwa Indonesia akan menjadi bangsa budak. Negara-negara asing akan dengan mudahnya menguasai pasar Indonesia dengan berbagai produk mereka yang lebih berkualitas dan murah. Barang-barang produksi Indonesia tidak akan mampu bersaing bahkan di negeri sendiri. Banyak pabrik akan tutup dan PHK massal terjadi di mana-mana. Bangsa ini hanya akan menjadi karyawan dari berbagai perusahaan dan produk asing yang berlomba-lomba memasarkan produknya di Indonesia. Ah… sesuram itukah gambaran masa depan Indonesia sehingga orang mulai beramai-ramai meninggalkan negeri ini? 

Indonesia sebenarnya negeri yang memiliki kandungan kekayaan alam yang sangat besar serta beragam bentuknya. Selama puluhan tahun hasil alam negeri ini dieksploitasi secara besar-besaran. Terkadang bahkan tanpa memikirkan dampak negatif berupa terjadinya kerusakan ekosistem di alam yang menjadi salah satu penyebab terjadinya bencana banjir serta tanah longsor. Belum lagi berbagai kasus salah urus dan salah menggunakan wewenang yang menyebabkan terjadinya berbagai kebocoran dana yang semakin memperparah situasi. Para pengamat ekonomi berkata, seandainya tidak terjadi salah urus dan salah menggunakan wewenang seharusnya bangsa Indonesia hari ini dapat berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa besar lainnya di dunia. Namun yang terjadi Indonesia justru menjadi salah satu negara penghutang terbesar di dunia.

Mau tidak mau, suka tidak suka, akhirnya kita harus berkata bahwa, “Bangsa Indonesia harus bertobat dan meminta pemulihan atas negeri ini” Inilah saat orang-orang percaya bangkit menjadi Imam dan perantara antara Allah dengan bangsa ini. Mengenakan kain kabung, mengakui dosa dan kesalahan para pemimpin negeri ini dan mulai memberkati negeri ini dengan janji-janji yang baru dari Tuhan.

Masalahnya adalah tidak terlalu banyak gereja dan umat Tuhan yang mau melakukannya dengan kesungguhan hati. Mungkin mereka berkata, “Hei… itu kan bukan kesalahan kami, biarkan mereka yang menanggung akibatnya”. Saudaraku, apapun yang terjadi di negeri ini, kita sebagai Imam yang Tuhan tempatkan atasnya harus turut bertanggung jawab dan mengambil peran nyata di dalamnya. 

Renungan:
Seringkali kita kurang bersungguh-sungguh berdoa dan memohon ampun untuk dosa negeri ini serta kurang memberkati bangsa kita dengan memperkatakan janji-janji pemulihan Tuhan atas negeri. Kenapa? Karena kita merasa tidak mempunyai kaitan langsung dengan semua hal tersebut.  


Kesejahteraan kota dan negeri ini adalah kesejahteraan kita dan doa untuk pemulihan negeri menjadikan kita menjalankan fungsi imam atas bangsa.

No comments:

Post a Comment